Zero to One by Peter Thiel

    Secara ringkas buku ini memberikan beberapa gagasan dalam membangun sebuah perusahaan. Mulai dari jenis produk, pemilihan rekan bisnis dan karyawan, hingga budaya suatu perusahaan dikupas secara ringan dan jelas. Peter Thiel selaku penulis memiliki track record yang cetar membahana dalam dunia entrepreneurship, sebagai salah satu pendiri Paypal, Palantir, dan merupakan investor beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook dan SpaceX, pengetahuannya akan perkembangan bisnis dan inovasi sangat layak tuk dikupas. Bermodal latar belakang tersebut, Peter berhasil mengupas model bisnis berbagai perusahaan pada umumnya dan juga memberikan penilaian tehadap kinerja perusahaan tersebut.

    Peter sangat apik dalam merangkai sudut pandangnya yang cemerlang dan fresh di buku ini. Misalnya saat doi memberikan konsep bahwa bisnis monopoli merupakan cara terbaik untuk menciptakan perusahaan yang hebat. Konsep monopoli yang dimaksud adalah bagaimana kita bisa membuat sebuah perusahaan yang menghasilkan produk sangat kreatif dan sulit ditiru. Dengan demikian akan sulit bagi orang lain untuk menjadi pesaing kita, karena produk kita yang too powerful. Jika kita berhasil menciptakan produk yang demikian maka kita bisa menentukan harga pasar, bukan sebaliknya. Menurut saya konsep ini cukup mirip dengan konsep blue ocean yang sedang trend akhir2 ini.

  Berbeda dengan sistem monopoli zaman dahulu, Peter menyarankan agar suatu perusahaan sebaiknya tidak terlihat sedang melakukan monopoli, karena hal itu akan berdampak negatif terhadap perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang terlihat memonopoli akan mempunyai dampak negatif terhadap merk dagang dan juga menjadi sasaran pajak bagi pemerintah. Contohnya Google (Alphabet), memiliki 68% pasar mesin pencari di tahun 2014, lalu Google mencoba untuk bertransformasi menjadi perusahaan aneka produk teknologi, seperti softwareself driving cars, dan smartphone android. Dengan kerangka baru sebagai perusahaan teknologi (bukan lagi Google si mesin pencari), Google hanya memiliki sekitar 0.24% pasar dunia, ini membuat Google tidak lagi tampak sebagai perusahaan monopoli. Meskipun sekitar 95% pendapatan Google berasal dari iklan di mesin pencarinya, well played Sergey Brin (Semoga suatu hari kita bisa ketemu, syukur2 sambil ngopi J)

    Peter memberikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat perusahaan monopoli seperti Google. Meskipun setiap perusahaan monopoli memiliki karakteristik yang unik, namun terdapat beberapa hal yang sama.

1. Kepemilikan teknologi (Proprietary Technology) yang merupakan keuntungan mendasar bagi suatu perusahaan karena produknya yang sulit ditiru. Cara untuk membuat karakter ini ada pada produk kita adalah dengan menemukan sesuatu yang benar-benar baru atau paling tidak 10x lebih baik dari produk sebelumnya. Contohnya adalah Amazon yang saat berdiri mendapat julukan “Earth largest bookstore” karena memiliki lebih dari 10 kali lipat buku dijual dibanding toko buku manapun didunia saat itu. Meski amazon tidak secara nyata menyimpan seluruh koleksinya disuatu tempat (Well done Jeff Bezos, kapan2 mampirlah ke ciracas sini J).

2. Efek Jaringan (Network Effect), yang membuat suatu produk lebih berdaya guna jika semakin banyak orang yang menggunakannya. Contohnya adalah facebook yang bermula dari pasar yang kecil (hanya lingkup mahasiswa harvard), hingga sekarang menjadi media sosial dengan pengguna terbanyak. At least si Mark Zuckerberg bisa menjadi presiden untuk ratusan juta rakyat Facebooknya, gaperlu pusing2 cari partai dan blusukan ke rakyat Indonesia tercinta ini J

3. Skala ekonomi, berarti sebuah bisnis sebisa mungkin mampu tumbuh besar, namun meminimalkan pengeluaran untuk memperbesar bisnisnya. Hal ini bisa dibandingkan antara perusahaan jasa yoga dengan perusahaan media sosial Twitter. Untuk mengembangkan bisnis perusahaan jasa yoga perlu membangun fasilitas yang besar dengan konsumen yang tetap terbatas. Sebaliknya, twitter telah mencapai 250 juta pengguna tanpa harus menambahkan terlalu banyak fitur. Ya kalo mau punya customer yoga segitu, musti punya cabang tiap RW di Indonesia. (SEMANGAT menuju Indonesia sehat!!)

4. Branding, merupakan identitas suatu perusahaan dengan produknya. Apple merupakan contoh yang sangat baik untuk merek dagang perusahaan teknologi. Ciri khas produk Apple terlihat mulai dari desain hardwaresoftware, hingga ke toko penjualan. Hasilnya banyak perusahaan teknologi mencoba memiliki merek dagang sekuat Apple. Mas Samsungin contohnya

    Peter thiel juga memberikan pandangannya terkait budaya yang harus dimiliki setiap perusahaan. Menurutnya budaya perusahaan tidak bisa dibentuk begitu saja melainkan hasil dari pola perilaku orang-orang yang ada didalamnya. Pola perilaku ini mencerminkan visi dan misi setiap individu yang bekerja di perusahaan. Oleh karena itu, dalam memilih karyawan dan rekan dalam membangun suatu perusahaan perlu pertimbangan yang sangat matang, sematang memilih partner hidup. Karena sebaik apapun produk yang ingin kita buat, tidak akan menghasilkan keuntungan tanpa memiliki rekan dan karyawan yang sesuai. Dalam bukunya Peter menyarankan agar pendiri perusahaan baru tidak membuat gaji dirinya yang paling besar (Nah loh?). Karena itu mencerminkan bahwa dalam menjalankan bisnisnya pendiri sudah tidak berdasarkan visi perusahaan, melainkan fokus pada keuntungan pribadinya. Hal ini juga berlaku untuk karyawan, mengingat selama ini kebanyakan perusahaan hanya memberikan bonus berupa uang untuk karyawan yang berprestasi. Hal ini dinilai kurang efektif karena dampak yang diberikan hanya sesaat. Mirip seperti anak kecil yang lagi ngerengek terus di kasih permen, kalo permennya abis juga kemungkinan ngerengek lagi.

    Hal lain yang dapat dicoba adalah dengan memberikan saham perusahaan tempat bekerja. Dengan demikian karyawan yang bersangkutan akan memiliki rasa kepemilikan dan akan bekerja lebih baik untuk hal yang dimilikinya itu. Cara ini biasanya berdampak lebih lama daripada bonus uang.
Secara kesuluruhan Peter memberikan penjelasan yang sangat baik terlebih buku ini juga dilengkapi dengan data serta grafik-grafik yang mendukung. Pembahasan yang to the point juga membuat bacaan menjadi ringan.

    Semoga kedepannya akan mulai bermunculan Google2 asal indonesia, jangan hanya es kepal yang euphorianya sesaat, digantikan dengan indomie donat L
Salam.



 -FF 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Winner"

My journey - DHL Supply Chain

Emotional intelligence by Daniel Goleman